ENTREPREUNERSHIP
MAKALAH ENTREPRENEURSHIP DALAM ISLAM
ENTREPRENEURSHIP
DALAM ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam pandangan Islam, bekerja dan berusaha, termasuk berwirausaha
boleh dikatakan merupakan bagian tak terpisahkan oleh manusia karena
keberadaannya sebagai khalifah
fil-ardh dimaksudkan untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke
arah yang lebih baik. Kerangka pengembangan kewirausahaan di kalangan tenaga
pendidik dirasakan sangat penting. Karena pendidik adalah agent of change yang
diharapkan mampu menanamkan ciri-ciri, sifat dan watak serta jiwa kewirausahaan
atau jiwa entrepreneur
bagi peserta didiknya. Disamping itu jiwa entrepreneur
juga sangat diperlukan bagi seorang pendidik, karena melalui jiwa
ini, para pendidik akan memiliki orientasi kerja yang lebih efisien, kreatif,
inovatif, produktif serta mandiri.
Kata wirausaha atau entrepreneurship sebenarnya tidak ada dalam
teks suci Agama Islam. Kendati demikian, bukan berarti entrepreneurship tidak
diperbolehkan dalam Islam. Justru sebaliknya entrepreneur sangat dianjurkan.
Entrepreneurship kini memang menjadi fenomena menarik. Banyak orang berbondong
ingin menjadi entrepreneur. Baik tua maupun muda. Baik yang belum pernah
berprofesi, maupun yang sebelumnya sudah menjadi karyawan. Iming-iming
keberlimpahan materi dan ketenaran menjadi salah satu pendorong mereka. Diakui
atau tidak, usahawan memang sangat dibutuhkan. Mereka membuka lapangan
pekerjaan, tidak mencari pekerjaan. Hal inilah yang dianggap dapat membawa
kemanfaatan kepada masyarakat. Apalagi, di jaman yang penuh persaingan seperti
ini. Seseorang harus mampu menciptakan sesuatu yang baru secara kreatif. Oleh
karena itu, menjadi seorang pengusaha dinilai menjadi salah satu instrumen
efektif untuk mengurangi kemiskinan dan ketertinggalan sebuah bangsa.
Awalnya Islam adalah agama kaum pedagang. Islam lahir di kota dagang
dan disebarkan oleh pedagang. Sampai abad ke-13, penyebaran Islam dilakukan
oleh para pedagang muslim ke berbagai penjuru dunia.
1
Tidak heran jika entrepreneurship sudah melekat dan inheren dengan
diri umat Islam. Entrepreneurship sesungguhnya mendapat tempat yang sangat
tinggi dalam Islam. Islam mengangkat derajat kaum pedagang, dengan
memberikannya kehormatan sebagai profesi pertama yang diwajibkan membayar
zakat. Lagipula, sebagai umat yang ditunjuk sebagai khalifah, sudah sepantasnya
kita menujukkan kepemimpinan di dunia. Bahkan, Rasulullah SAW tak
henti-hentinya menghimbau umatnya untuk menjalankan entrepreneurship dalam
rangka mencari kesuksesan. Sebuah hadist menyebutkan bahwa 9 dari 10 pintu
rejeki berasal dari berdagang. Dalam surat al-Jum’ah ayat 10 juga
ditegaskan, “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar
kamu beruntung.” Dalam surat tersebut terdapat dua kata kunci, yaitu
bertebaranlah dan carilah. Artinya, kita tidak hanya dituntut untuk bekerja
dan berusaha. Tetapi juga menggunakan seluruh potensi dan kemampuan bisnis.
Sejarah Islam mencatat bahwa Entrepreneurship telah dimulai sejak
lama, pada masa Adam AS. Dimana salah satu anaknya Habil berwirausaha dengan
bercocok tanam dan Qobil berwirausaha dengan menggembala hewan ternak. Banyak
sejarah nabi yang menyebutkan mereka beraktivitas di kewirausahaan, sebagian
dari mereka berwirausaha di sektor pertanian,peternakan, kerajinan dan bisnis
perdagangan.Contoh yang paling nyata adalah Nabi Muhammad SAW, awalnya beliau
terlibat di bisnis dengan memelihara dan menjual domba, kemudian membantu
bisnis pamannya dan akhirnya me-manageer-i bisnis saidatina khadijah.
Ada banyak juga orang-orang tidak tertarik untuk menjadi seorang
entrepreneur dialasankan banyak hal-hal yang perlu dipertimbangkan untuk
menjadi seorang entrepreneur. Mereka lebih memilih zona aman tanpa memikirkan
besarnya resiko kerugian. Tak heran jika masyarakat kita lebih berminat menjadi
pegawai negeri sipil atau menjadi karyawan di sebuah perusahaan dibandingkan
menjadi seorang entrepreneur. Hal ini membuktikan bahwa tidak semua orang
memiliki jiwa entrepreneur.
Menjadi seorang entrepreneur memang tidak mudah, besarnya resiko usaha menjadi salah satu
penghalang terbesar bagi masyarakat untuk memulai
usaha.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan
perumusan masalah sebagai berikut :
- Apakah pengertian Entrepreneur itu sendiri ?
- Bagaimana ciri-ciri seorang Entrepreneur ?
- Apa pengertian dari Etos dan Kerja ?
- Bagaimana cara etika berbisnis dalam Islam yang baik ?
- Bagaimana manajemen Islam itu di terapkan oleh seorang Entrepreneurship ?
- Apa saja pilar-pilar manajemen Islam dalan Entrepreneur ?
3
1.3
Tujuan dan Manfaat
Adapun Tujuan yang ingin dicapai, adalah :
1. Untuk mengetahui peran seorang entrepreneur dalam dunia bisnis
2. Untuk mengetahui kinerja atau etos kerja yang baik dalam islam
3. Untuk mengetahui etika dan tata cara berbisnis yang sesuai dengan ajaran Rasulullah
4. Untuk menambah wawasan tentang peranan seorang Entrepreneurship
1. Untuk mengetahui peran seorang entrepreneur dalam dunia bisnis
2. Untuk mengetahui kinerja atau etos kerja yang baik dalam islam
3. Untuk mengetahui etika dan tata cara berbisnis yang sesuai dengan ajaran Rasulullah
4. Untuk menambah wawasan tentang peranan seorang Entrepreneurship
Adapun Manfaat yang ingin diperoleh :
- Mengurangi Kemiskinan dan ketertinggalan suatu bangsa dalam suatu negara
- Membuka Lapangan Pekerjaan
- Menciptakan suatu kreasi baru dalam dunia entrepreneur
- Menyajikan sebuah konsep cara berbisnis yang sesuai dengan ajaran Islam
4
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Entrepreneur
Kata Entrepreneur diartikan sebagai seseorang yang selalu membawa perubahan,
inovasi, ide-ide baru dan aturan baru. Entrepreneur yaitu seeorang yang
mempunyai dan membawa sumber daya berupa tenaga kerja, material, serta asset
yang lainnya pada suatu kombinasi yang mampu melakukan suatu perubahan/
menambahkan nilai yang lebih besar daripada nilai yang sebelumnya. Sedangkan Entrepreneurial
yaitu aktifitas/ kegiatan dalam menjalankan suatu usaha atau berwirausaha.
Menurut PETER F. DRUCKER ,Kewirausahaan merupakan kemampuan
dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Sedangkan menurut ZIMMERER ,Kewirausahaan merupakan suatu proses
penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan
peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).
Seorang
Entrepreneur melakukan aktivitas wirausaha dicirikan dengan pandai atau berbakat
mengenali produk baru, menentukan
cara produksi baru, menyusun operasi untuk
pengadaan produk baru , memasarkannya,
serta mengatur permodalan operasinya. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia entrepreneur didefinisikan :"Sebagai orang yang pandai atau
berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam berproduksi, menyusun
operasi untuk pengadaan produk baru, mengatur permodalan operasinya, serta
memasarkannya." Jadi seorang entrepreneur harus memiliki
kemampuan untuk berfikir kreatif serta imajinatif ketika ada sebuah peluang
usaha dan bisnis baru.namun disamping itu seorang entrepreneur harus dapat
memberdayakan dirinya untuk kebaikan sekitarnya, bukan orang yang memanfaatkan
sekitarnya untuk kepentingan dirinya.
5
2.2.Ciri-ciri seorang Entrepreneur
- Memiliki mimpi besar .Seorang entrepreneur selalu memiliki mimpi besar, mereka mulai menjalankan bisnisnya karena adanya motivasi untuk mencapai mimpi besar mereka. Mimpi yang mereka miliki, menjadi tujuan dari semua usaha yang dilakukannya. Sehingga dalam mengambil keputusan, seorang entrepreneur akan menyesuaikannya dengan mimpi yang dimilikinya. Jadi segala peluang usaha yang dijalankannya akan lebih terarah, dan berhasil mencapai kesuksesan. Mimpi seorang entrepreneur bukan sekedar menjadi seorang pegawai, namun ia memiliki cita – cita besar untuk menciptakan lapangan kerja baru yang dapat memberdayakan masyarakat.
- Pandai mengatasi ketakutannya .Banyak orang yang masih takut untuk mengambil resiko, namun hal ini tidak berlaku bagi seorang entrepreneur. Mereka pandai dalam mengelola ketakutannya dan menumbuhkan keberanian untuk meninggalkan segala kenyamanan yang ada, serta memilih menghadapi sebuah resiko. Namun keberanian untuk menghadapi resiko tetap disertai dengan perhitungan yang matang. Sehingga seorang entrepreneur bukan hanya berani nekat saja, tetapi juga berani bertanggungjawab atas keputusan yang telah diperhitungkannya.
- Mempunyai cara pandang yang berbeda . Seorang entrepreneur selalu memandang masalah, kesulitan, keadaan lingkungan sekitar, perubahan trend dan kejadian yang sedang dihadapinya saat ini, untuk memunculkan kreativitas guna menciptakan ide – ide bisnis dan konsep bisnis yang memiliki prospek cukup cerah. Selain itu segala kejadian yang ada di sekitarnya menjadi ide bagi mereka, yang selanjutnya dijadikan sebagai peluang usaha baru yang menjadi impiannya.
- Pemasar sejati atau penjual ulung. Seorang entrepreneur juga memiliki kemampuan dalam menyusun strategi pemasaran bisnis, sehingga dalam membangun sebuah bisnis pertumbuhannya bisa semakin cepat. Tanpa adanya skill ini, orang yang memulai usaha akan memperoeh beban lebih berat dan membutuhkan waktu cukup lama untuk mencapai impiannya.
6
- Menyukai tantangan. Banyak orang yang memilih untuk bertahan di zona aman, namun seorang entrepreneur tidak suka berlama – lama dengan kegiatan yang monoton. Dia lebih suka menggunakan kreativitasnya untuk menjadikan tantangan yang dihadapinya menjadi peluang bisnis yang menguntungkan. Bahkan banyak entrepreneur yang menganggap tantangan adalah peluang bagi mereka.
- Mempunyai keyakinan yang kuat .Ciri yang keenam ini yang sering dilupakan oleh orang lain. Entrepreneur memiliki keyakinan bahwa sebenarnya kegagalan itu tidak ada. Bagi mereka yang ada hanya rintangan besar, sangat besar dan rintangan kecil. Kegagalan hanya muncul pada orang yang tidak berusaha mencari jalan keluar dari masalahnya. Namun dengan menganggap bahwa semuanya hanya rintangan, entrepreneur selalu optimis bahwa semua rintangan bukan akhir dari segalanya dan pasti ada jalan keluar untuk menghancurkan rintangan tersebut.
- Selalu mencari yang terbaik . Selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik guna memberikan hasil yang terbaik pula bagi para konsumennya. Itu yang selalu ada dalam diri seorang entrepreneur, mereka cenderung perfectionist. Karena mereka memiliki tujuan untuk mencari cara yang terbaik agar konsumennya tidak merasa kecewa dengan pelayanan yang telah diberikannya.
- Disiplin waktu untuk pemenuhan target . Kedisiplinan menjadi hal penting bagi seorang entrepreneur, bagi mereka waktu yang terbuang sama halnya melewatkan sebuah peluang besar untuk mendapatkan keuntungan. Maka benar adanya jika ada pepatah yang mengatakan “ time is money ” karena dengan membuang waktu sama halnya dengan melewatkan begitu saja peluang untuk mendapatkan penghasilan. Oleh sebab itu seorang entrepreneur selalu disiplin dalam segala hal, untuk mencapai target yang mereka tentukan.
- Memiliki kemampuan untuk memimpin .Seorang entrepreneur merupakan pemimpin bagi dirinya sendiri dan pemimpin bagi para karyawannya. Dengan memiliki jiwa kepemimpinan, Anda dapat memotivasi diri sendiri dalam hal pengambilan keputusan.Selain itu ketika menjadi seorang entrepreneur, maka secara tidak langsung Anda juga harus siap menjadi pemimpin yang baik bagi para karyawan Anda, karena mereka berkaca pada diri Anda. Jadilah teladan yang baik bagi karyawan Anda, dan dorong mereka agar dapat memberikan yang terbaik bagi para para konsumen.
7
- Pantang menyerah . Yang kesepuluh yaitu pantang menyerah, seorang entrepreneur memiliki visi dan semangat juang yang besar. Mereka pantang menyerah pada hambatan, tidak pernah putus ada untuk selalu mencoba memberikan yang terbaik bagi para konsumennya. Jika menemui jalan buntu, seorang entrepreneur tidak akan diam begitu saja menerima kegagalan. Mereka akan mencari jalan alternatif, agar bisa meraih impiannya.
Sifat-sifat seorang wirausaha adalah:
- Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.
- Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik dan memiliki inisiatif.
- Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.
- Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun.
- Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
- Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan.
- Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.
- Pengertian Etos dan Kerja
Kamus Wikipedia menyebutkan bahwa etos berasal dari bahasa Yunani;
akar katanya adalah ethikos, yang berarti moral atau menunjukkan
karakter moral. Dalam bahasa Yunani kuno dan modern, etos punya arti sebagai
keberadaan diri, jiwa, dan pikiran yang membentuk seseorang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etos adalah
pandangan hidup yangg khas dari suatu golongan sosial. Jadi, pengertian Etos
Kerja adalah semangat kerja yg menjadi ciri khas dan keyakinan
seseorang atau suatu kelompok.Sedangkan Etos Kerja Muslim dapat
didefinisikan sebagai cara pandang yang diyakini seorang muslim bahwa bekerja
tidak hanya bertujuan memuliakan diri, tetapi juga sebagai suatu manifestasi
dari amal sholeh dan mempunyai nilai ibadah yang luhur.
8
Etos Kerja merupakan totalitas kepribadian
diri serta cara mengekspresikan, memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu
yang bermakna, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang
optimal (high performance).
Bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman bukan saja menunjukkan
fitrah seorang muslim, melainkan sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai
hamba Allah yang didera kerinduan untuk menjadikan dirinya sebagai sosok yang
dapat dipercaya, menampilkan dirinya sebagai manusia yang amanah, menunjukkan
sikap pengabdian sebagaimana firman Allah, “Dan tidak Aku menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”, (QS. Adz-Dzaariyat :
56).
Bekerja adalah fitrah dan merupakan salah satu identitas manusia,
sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid, bukan saja
menunjukkan fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabat
dirinya sebagai hamba Allah SWT.
Apabila bekerja itu adalah fitrah manusia, maka jelaslah bahwa manusia yang enggan bekerja, malas dan tidak mau mendayagunakan seluruh potensi diri untuk menyatakan keimanan dalam bentuk amal kreatif, sesungguhnya dia itu melawan fitrah dirinya sendiri, dan menurunkan derajat identitas dirinya sebagai manusia. Setiap muslim selayaknya tidak asal bekerja, mendapat gaji, atau sekedar menjaga gengsi agar tidak dianggap sebagai pengangguran. Karena, kesadaran bekerja secara produktif serta dilandasi semangat tauhid dan tanggung jawab merupakan salah satu ciri yang khas dari karakter atau kepribadian seorang muslim. Tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk menjadi pengangguran, apalagi menjadi manusii yang kehilangan semangat inovatif. Karena sikap hidup yang tak memberikan makna, apalagi menjadi beban dan peminta-minta, pada hakekatnya merupakan tindakan yang tercela. Seorang muslim yang memiliki etos kerja adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang merupakan bagian amanah dari Allah. Dan cara pandang untuk melaksanakan sesuatu harus didasarkan kepada tiga dimensi kesadaran, yaitu : dimensi ma’rifat (aku tahu), dimensi hakikat (aku berharap), dan dimensi syariat (aku berbuat).
Apabila bekerja itu adalah fitrah manusia, maka jelaslah bahwa manusia yang enggan bekerja, malas dan tidak mau mendayagunakan seluruh potensi diri untuk menyatakan keimanan dalam bentuk amal kreatif, sesungguhnya dia itu melawan fitrah dirinya sendiri, dan menurunkan derajat identitas dirinya sebagai manusia. Setiap muslim selayaknya tidak asal bekerja, mendapat gaji, atau sekedar menjaga gengsi agar tidak dianggap sebagai pengangguran. Karena, kesadaran bekerja secara produktif serta dilandasi semangat tauhid dan tanggung jawab merupakan salah satu ciri yang khas dari karakter atau kepribadian seorang muslim. Tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk menjadi pengangguran, apalagi menjadi manusii yang kehilangan semangat inovatif. Karena sikap hidup yang tak memberikan makna, apalagi menjadi beban dan peminta-minta, pada hakekatnya merupakan tindakan yang tercela. Seorang muslim yang memiliki etos kerja adalah mereka yang selalu obsesif atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang merupakan bagian amanah dari Allah. Dan cara pandang untuk melaksanakan sesuatu harus didasarkan kepada tiga dimensi kesadaran, yaitu : dimensi ma’rifat (aku tahu), dimensi hakikat (aku berharap), dan dimensi syariat (aku berbuat).
Jadi pengertian etos kerja itu sendiri bisa kita definisikan
adalah suatu sikap jiwa seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan perhatian
yang penuh. Maka pekerjaaan itu akan terlaksana dengan sempurna walaupun banyak
kendala yang harus diatasi, baik karena motivasi kebutuhan atau karena
tanggungjawab yang tinggi.
9
- Etika Berbisnis dalam Islam
Salah
satu kajian penting dalam Islam adalah persoalan etika bisnis.
Pengertian etika adalah acode
or set of principles which people live (kaedah atau
seperangkat prinsip yang mengatur hidup manusia).
Kegiatan bisnis (usaha) dalam kacamata Islam, bukanlah kegiatan
yang boleh dilakukan dengan serampangan dan sesuka hati. Islam memberikan
rambu-rambu pedoman dalam melakukan kegiatan usaha, mengingat pentingnya
masalah ini juga mengingat banyaknya manusia yang tergelincir dalam perkara
bisnis ini. Faktanya terdapat ancaman keras bagi pelaku bisnis yang tidak
mempedulikan etika, tetapi juga janji berupa keutamaan yang besar bagi mereka
yang benar-benar menjaga dirinya dari hal-hal yang diharamkan.
Dalam kaitannya dengan paradigma Islam tetntang etika bisnis, maka
landasan filosofis yang harus dibangun dalam pribadi Muslim adalah adanya
konsepsi hubungan manusia dengan manusia dan lingkungannya, serta hubungan
manusia dengan Tuhannya, yang dalam bahasa agama dikenal dengan istilah (hablum
minallah wa hablumminannas). Dengan berpegang pada landasan ini maka setiap
muslim yang berbisnis atau beraktifitas apapun akan merasa ada kehadiran
"pihak ketiga" (Tuhan) di setiap aspek hidupnya. Keyakinan ini
harus menjadi bagian integral dari setiap muslim dalam berbisnis. Hal ini
karena Bisnis dalam Islam tisak semata mata orientasi dunia tetapi harus punya
visi akhirat yang jelas. Dengan kerangka pemikiran seperti itulah maka
persoalan etika dalam bisnis menjadi sorotan penting dalam ekonomi Islam.
Dalam ekonomi Islam, bisnis dan etika tidak harus
dipandang sebagai dua hal yang bertentangan, sebab, bisnis yang merupakan
symbol dari urusan duniawi juga dianggap sebagai bagian integral dari hal-hal
yang bersifat investasi akherat. Artinya, jika oreientasi bisnis dan
upaya investasi akhirat (diniatkan sebagai ibadah dan merupakan totalitas
kepatuhan kepada Tuhan), maka bisnis dengan sendirinya harus sejalan dengan
kaidah-kaidah moral yang berlandaskan keimanan kepada akhirat. Bahkan dalam
Islam, pengertian bisnis itu sendiri tidak dibatasi urusan dunia, tetapi
mencakup pula seluruh kegiatan kita didunia yang "dibisniskan"
(diniatkan sebagai ibadah) untuk meraih keuntungan atau pahala akhirat.
Stetemen ini secara tegas di sebut dalam salah satu ayat Al-Qur'an.
10
Pembahasaan mengenai prinsip Islam dalam dunia usaha tentunya
sangatlah panjang, tetapi dalam bahasan singkat ini kita bisa mendapat gambaran
tentang garis besar tentang prinsip-prinsip moral yang harus dipegang teguh
oleh seorang pebisnis Muslim.
1. Niat yang Ikhlas.
Keikhlasan adalah perkara yang amat menentukan. Dengan niat yang
ikhlas, semua bentuk pekerjaan yang berbentuk kebiasaan bisa bernilai ibadah.
Dengan kita lain aktivitas usaha yang kita lakukan bukan semata-mata urusan
harta an perut tapi berkaitan erat dengan urusan akhirat.
Contoh niat yang ikhlas dalam usaha bisa berlaku dlam lingkup
pribadi maupun sosial. Dalam lingkup pribadi misalnya meniatkan usaha yang
halal untuk menjaga diri dari memakan harta dengan cara haram, memelihara diri
dari sikap meminta-minta, untuk mendukung kesempurnaan ibadah kepada Allah I,
menjaga silaturrahim dan hubungan kerabat dan motivasi positif lainya
Dalam lingkup sosial, misalnya meniatkan diri mencari harta untuk
ikut andil dalam memenuhi kebutuhan masyarakat muslim, memberi kesempatan bekerja
yang halal bagi orang lain, membebaskan ummat dari ketergantungan terhadap
produk “orang lain”, dan motif sosial lainnya.
Niat seperti diaktakan sebagian orang-adalah bisnisnya para ulama.
Karena pahala dari suatu perbuatan bisa bertambah berkali-kali lipat jika
didasari dengan niat yang ikhlas.
2. Akhlaq yang Mulia
Menjaga sikap dan perilaku dalam berbisnis adalh prinsip penting
bagi seorang pebisnis muslim. Ini karena Islam sangat menekankan perilaku
(aklhaq) yang baik dalam setiap kesempatan, termasuk dala berbisnis.
Akhlaq mulia dalam berbisnis ditekankan oleh Rasulullah e dalam
sabdanya “Seorang pedagang yang jujur dan dapat dipercaya akan dikumpulkan
bersama para nabi para shiddiq dan oarang-orang yang mati syahid. Dalam
kesempatan lain Rasulullah e bersabda “Semoga Allah memberi rahmatNya kepada
orang yang suka memberi kelonggaran kepada orang lain ketika menjual, membeli
atau menagih hutang” (Shahih Bukhari).
11
Di antara akhlaq mulia dalam berbisnis adalah menepati janji,
jujur, memenuhi hak orang lain, bersikap toleran dan suka memberi kelonggaran.
3. Usaha yang halal
Seorang pebisnis muslim tentunya tidak ingin jika darah dagingnya
tumbuh dari barang haram, ia pun tak ingin memberi makan kelauraganya dari
sumber yang haram karena kan sungguh berat konsekuensinya di akhirat nanti.
Dengan begitu, ia akan selalu berhati-hati dan berusaha melakuan usaha sebatas
yang dibolehkan oleh Allah I dan RasulNya.
Rasulullah e bersabda :
“Setiap daging yang tumbuh dari barang haram maka neraka lebih berhak baginya”
(Shahihul Jami’)
4. Menunaikan Hak
Seorang pebisnis muslim selayaknya bersegera dalam menunaikan
haknya, seprti hak aryawannya mendapat gaji, tidak menunda pembayaran tanggungan
atau hutang, dan yang terpenting adalah hak Allah I dalam soal harta seperti
membayar zakat yang wajib. Juga, hak-hak orang lain dalam perjanjian yang telah
disepakati.
Dalil yang menunjukkan hal ini adalh peringatan Rasulullah e
kepada oarang mampu yang menunda pembayaran hutangnya “Orang kaya yang
memperlambat pembayaran hutang adalah kezaliman” (HR Bukhari, Muslim dan Malik)
5. Menghindari riba dan segala sarananya
Seorang muslim tentu meyakini bahwa riba termasuk dosa besar, yang
sangat keras ancamannya. Maka pebisnis muslim akan berusaha keras untuk tidak
terlibat sedikitpun dalam kegiatan usaha yang mengandung unsur riba. Ini
mengingat ancaman terhadap riba bukan hanya kepada pemakannya tetapi juga
pemberi, pencatat, atau saksi sekalipun disebutkan dalam hadits Jabir bin
Abdillah bahwa Rasulullah e melaknat mereka semuanya dan menegaskan bahwa
mereka semua sama saja (Shahih Muslim No. 1598)
6. Tidak memakan harta orang lain dengan cara
bathil
Tidak halal bagi seorang muslim untuk mengambil harta orang lain
secara tidak sah. Allah I dengan tegas telah melarang hal ini dalam kitab-Nya.
12
Ini meliputi segala kegiatan yang dapat menimbulkan kerugian bagi
orang lain yang menjadi rekakan bisnisnya, baik itu dengan cara riba, judi,
kamuflase harga, menyembunyikan cacat barang atau produk, menimbun, menyuap,
bersumpah palsu, dan sebagainya. Orang yang memakan harta orang lain dengan
cara tidak sah berarti telah berbuat dhalim (aniaya) terhadap orang lain. Allah
I berfirman: ”Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang bathil dan kamu membawa harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan dosa, padahal kamu mengetahui”.(QS Al Baqarah : 188)
7. Komitmen terhadap peraturan dalam bingkai
syari’at
Seorang pebisnis muslim tidak akan membiarkan dirinya terkena
sanksi hukuman undang-undang hukum positif yang berlaku di tenagh masyarakat.
Misalnya dalam hal pajak, rekening membenahi sistem akuntansi agar tidak
terkena sangsi karena melanggar hukum. Hal itu dilakukannya bukan untuk
menetapkan adanya hak membyuat hukum ekpada manusia, tetapi semata-mata untuk
mengokohkan kewajiban yang diberikan Allah I padanya dan mencegah terjadinya
keruskan yang mungkin timbul.
8.Tidak membahayakan/merugikan orang lain
Rasulullah telah memberikan kaidah penting dalam mencegah hal-hal
yang membahayakan, dengan sabdanya “ Tidak dihalalkan melakukan bahaya atau hal
yang membahayakan orang lain (Irwa’ul Ghalil)”. Termasuk katagori membahayakan
orang lain adalah menjual barang yang mengancam kesehatan orang lain seperti
obat-obatan terlarang, narkotika, makanan yang kedaluwarsa.
Atau melakukan hal yang membahayakan pesaingnya dan berpotensi
menghancurkan usaha pesaingnya, seperti menjelek-jelekkan pesaing, memonopoli,
menawar barang yang masih dalam proses tawar-menawar oleh orang lain. Seorang
pebisnis muslim hendaknya bersikap fair dalam berkompetisi, dan tidak melakukan
usaha yang mengundang bahaya bagi dirinya maupun orang lain.
13
9. Loyal terhadap orang beriman
Pebisnis muslim sekaliber apapun tetaplah bagian dari umat Islam.
Sehingga sudah selayaknya ia melakukan hal-hal yang membantu kokohnya
pilar-pilar masyarakat Islam dalam skala interasional, regional maupun lokal.
Tidak sepantasnya ia bekerjasama dengan pihak yang nyata-nyata menampakkan
permusuhannya terhadap umat Islam. Ini merupakan bagian dari prinsip Al
Wala’ (Loyalitas) dan Al Bara’ (berlepas diri) yang merupakan bagian dari
aqidah Islam. Sehingga ketika melaksanakan usahanya, seorang muslim tetap akan
mengutamakan kemaslahatan bagi kaum muslimin dimanapun ia berada. Allah
berfirman : “Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi
wali dengan meninggalkan orang-orang mu’min. Barang siapa berbuat demikian,
niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena memelihara diri dari
sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri
-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali.” (QS Ali Imran: 28)
10. Mempelajari hukum dan adab mu’amalah
islam
Dunia bisnis yang merupakan interaksi antara berbagai tipe manusia
sangat berpotensi menjerumuskan para pelakunya ke dalam hal-hal yang
diharamkan. Baik karena didesak oleh kebutuhan perut, diajak bersekongkol
dengan orang lain secara tidak sah atau karena ketatnya persaingan yang membuat
dia melakukan hal-hal yang terlarang dalam agama. Karena itulah seorang Muslim
yang hendak terjun di dunia ini harus memahami hukum-hukum dan aturan Islam
yang mengatur tentang mu’amalah. Sehingga ia bisa memilah yang halal dari yang
haram, atau mengambil keputusan pada hal-hal yang tampak samar (syubhat).
Mengingat pentingnya mempelajari hukum-hukum jual beli inilah,
Khalifah Umar bin Khatab mengeluarkan dari pasar orang-orang yang tidak paham
hukum jual beli.
Konsep Ketentuan UMUM Etika Berbisnis Dalam Ekonomi Islam :
1.
Kesatuan (Tauhid/Unity)
Dalam hal ini adalah
kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang memadukan
keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi, politik,
sosial menjadi keseluruhan yang homogen, serta mementingkan konsep konsistensi
dan keteraturan yang menyeluruh.
14
Dari konsep ini maka
islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial demi membentuk
kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula maka etika dan bisnis menjadi terpadu,
vertikal maupun horisontal, membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam
sistem Islam.
2.
Keseimbangan (Equilibrium/Adil)
Islam sangat mengajurkan
untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan melarang berbuat curang atau berlaku
dzalim. Rasulullah diutus Allah untuk membangun keadilan. Kecelakaan besar bagi
orang yang berbuat curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari
orang lain meminta untuk dipenuhi, sementara kalau menakar atau menimbang untuk
orang selalu dikurangi.
Kecurangan dalam
berbisnis pertanda kehancuran bisnis tersebut, karena kunci keberhasilan bisnis
adalah kepercayaan.
3.
Kehendak Bebas (Free Will)
Kebebasan merupakan
bagian penting dalam nilai etika bisnis islam, tetapi kebebasan itu tidak
merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka lebar. Tidak adanya
batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan
bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.
Kecenderungan manusia
untuk terus menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas
dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya
melalui zakat, infak dan sedekah.
4.
Tanggungjawab (Responsibility)
Kebebasan tanpa batas
adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut
adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. untuk memenuhi tuntunan keadilan
dan kesatuan, manusia perlu mempertaggungjawabkan tindakanya secara logis
prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan
mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab atas
semua yang dilakukannya.
5.
Kebenaran: kebajikan dan kejujuran
Kebenaran dalam konteks
ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari kesalahan, mengandung pula dua
unsur yaitu kebajikan dan kejujuran.
15
Dalam konteks bisnis
kebenaran dimaksudkan sebagia niat, sikap dan perilaku benar yang meliputi
proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas pengembangan
maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan.
Dengan prinsip kebenaran
ini maka etika bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku preventif terhadap
kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi,
kerjasama atau perjanjian dalam bisnis.
- Manajemen Islam
Manajemen modern yang berasal dari Barat cenderung mengasingkan
manusia dari manusia di sekitarnya. Manajemen modern juga menganggap tenaga
kerja merupakan faktor produksi belaka sehingga menciptakan manusia-manusia
yang semakin hari semakin terasing dari kodratnya sebagai manusia sosial.
Manajemen modern menghasilkan manusia-manusia yang bekerja sampai larut malam
tanpa ada lagi kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga atau melaksanakan
kehidupan sosial dengan masyarakat di sekitarnya.
Melihat perkembangan tersebut, para pakar manajemen mencoba
menggali dan mencari referensi-referensi konsep dan ide manajemen berdasarkan
nilai-nilai yang terkandung dalam sumber-sumber Islam.
Ada empat landasan untuk mengembangkan manajemen menurut pandangan
Islam, yaitu: kebenaran, kejujuran, keterbukaan, dan keahlian.
Seorang manajer harus memiliki empat sifat utama itu agar manajemen yang
dijalankannya mendapatkan hasil yang maksimal. Yang paling penting dalam
manajemen berdasarkan pandangan Islam adalah harus ada jiwa kepemimpinan.
Kepemimpinan menurut Islam merupakan faktor utama dalam konsep manajemen.
Manajemen menurut pandangan Islam merupakan
manajemen yang adil. Batasan adil adalah pimpinan tidak ''menganiaya'' bawahan
dan bawahan tidak merugikan pimpinan maupun perusahaan yang ditempati. Bentuk
penganiayaan yang dimaksudkan adalah mengurangi atau tidak memberikan hak
bawahan dan memaksa bawahan untuk bekerja melebihi ketentuan. Seyogyanya
kesepakatan kerja dibuat untuk kepentingan bersama antara pimpinan dan bawahan.
16
Jika seorang manajer mengharuskan bawahannya bekerja melampaui
waktu kerja yang ditentukan, maka sebenarnya manajer itu telah mendzalimi bawahannya.
Dan ini sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Ilmu manajemen sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia,
mengapa demikian karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya
tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak
langsung. Baik disadarai ataupun tidak disadari. Ilmu manajemen ilmiah timbul
pada sekitar awal abad ke 20 di benua Eropa barat dan Amerika. Dimana di
negara-negara tersebut sedang dilanda revolusi yang dikenal dengan nama revolusi
industri. Yaitu perubahan-berubahan dalam pengelolaan produksi yang efektif dan
efisien. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah semakin maju dan kebutuhan
manusia sudah semakin banyak dan beragam jenisnya.
Sekarang timbul suatu pertanyaan, “siapa sajakah yang sebenarnya
memakai manajemen” apakah hanya digunakan di perusahaan saja atau apakah di
pemerintahan saja. Manajemen diperlukan dalam segala bidang. Bentuk dan
organisasi serta tipe kegiatan. Dimana orang-orang saling bekerja sama untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.Tak dapat disangkal lagi bahwa
manajemen adalah hal penting yang menyentuh, mempengaruhi hampir seluruh aspek
kehidupan manusia. Manajemen menunjukan cara-cara yang lebih efektif dan
efisien dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Manajemen adalah Seni dan Ilmu
tentang perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Manajemen
merupakan suatu kebutuhan yang tidak terelakkan sebagai alat untuk memudahkan
pencapaian tujuan manusia dalam organisasi.
2.6 Pilar Manajemen Islam
Ada empat pilar etika manajemen bisnis menurut Islam seperti yang
dicontohkan Nabi Muhammad SAW :
Pilar
pertama, tauhid artinya memandang bahwa segala aset dari
transaksi bisnis yang terjadi di dunia adalah milik Allah, manusia hanya
mendapatkan amanah untuk mengelolanya.
Pilar kedua, adil artinya segala keputusan menyangkut transaksi dengan lawan bisnis atau kesepakatan kerja harus dilandasi dengan akad saling setuju.
Pilar kedua, adil artinya segala keputusan menyangkut transaksi dengan lawan bisnis atau kesepakatan kerja harus dilandasi dengan akad saling setuju.
Pilar
ketiga, kehendak bebas artinya manajemen Islam mempersilahkan
umatnya untuk menumpahkan kreativitas dalam melakukan transaksi bisnisnya
sepanjang memenuhi asas hukum ekonomi Islam, yaitu halal.
17
Dan
keempat , adalah pertanggungjawaban artinya Semua
keputusan seorang pimpinan harus dipertanggungjawabkan oleh yang bersangkutan.
Keempat
pilar tersebut akan membentuk konsep etika manajemen yang fair ketika melakukan
kontrak-kontrak kerja dengan perusahaan lain atau pun antara pimpinan dengan
bawahan.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kritik dan Saran
Sebagai
Makhluk Tuhan Yang Maha Esa kami menyadari bahwa masih banyak hal-hal yang kami
lakukan sebagai kesalahan .Hendaknya kesalahan tersebut dapat kami perbaiki
melalui saran dan kritik yang kami harapkan dari pembaca dan peserta diskusi
.Dan kami ucapkan terima kasih atas partisipasi yang telah di berikan ,semoga
makalah ini dapat memberikan manfaan bagi kita semua.
copyrigh by:ZAHRA RAUDIYYAH
Komentar
Posting Komentar